MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS IT,
TIDAK ADA LAGI PEMARGINALAN SEKOLAH DI DAERAH TERPENCIL
Abstak
Pembelajaran merupakan salah satu proses mentransfer ilmu pengetahuan
melalui suatu media. Media dalam pembelajaran beraneka ragam seperti
misalnya guru, buku, atau pun media yang sudah canggih seperti media
elektronik (internet, LCD, televisi, e-book,dan lain-lain). Media
sangatlah penting peranannya jika berbicara dalam ruang lingkup masalah
pendidikan. Baik prestasi belajar siswa ataupun motivasi belajar siswa
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti pendidik, sarana prasarana,
kemauan dan kemampuan individualnya masing-masing dan lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah termasuk didalamnya adalah lokasi sekolah
peserta didik dan sarana prasarana mempunyai pengaruh besar dalam
prestasi belajar siswa. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa sarana
prasarana salah satunya pengadaan media dalam proses belajar mengajar
akan mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut.
Pengadaan media di suatu sekolah sangat berpengaruh sekali terhadap
prestasi belajar siswa, karena media tersebut sangat membantu dalam
proses pembelajaran. Media yang saat ini mulai di galakan disetiap
sekolah-sekolah yaitu media yang berbasis IT, sepert internet,
penggunaan LCD saat pembelajaran, penggunaan e-book, komputer, laptop
dan lain-lain. Perlu adanya media dalam proses pembelajaran tentulah
tidak hanya bagi sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan yang
aksesnya lebih mudah, akan tetapi sekolah-sekolah yang berada di daerah
–daerah terpencil juga perlu meskipun aksesnya lebih sulit. Hal ini
merupakan antisipasi dari adanya ketidakmerataan pendidikan di
daerah-daerah terpencil dengan pendidikan di kota-kota besar. Pengadaan
media pembelajaran yang berbasis IT, yang dalam hal ini sangat
mempengaruhi prestasi belajar siswa perlu di adakan di setiap sekolah
sekolah, tidak hanya di sekolah-sekolah kota tapi sekolah-sekolat yang
letaknya terpencil sekalipun perlu sebagai upaya menghilangkan gep
(jarak) antara siswa yang sekolah di kota dengan siswa yang sekolah di
desa. Selain itu adanya pembelajaran berbasis IT di semua sekolah, akan
meminimalisir adanya ketidakmerataan pendidikan didaerah terpencil dan
di kota.
Kata kunci : pembelajaran berbasis IT, Sekolah, Media, pengetahuan (prestasi)
Abstrac
Learning is a process of knowledge transfer through a medium. Media
in diverse learning such as teachers, books, or any media that has
advanced features such as electronic media (internet, LCD, TV, e-books,
etc.). Media is very important role when it comes to the scope of the
problem of education. Either student achievement or student motivation
is influenced by several factors such as education, infrastructure, the
willingness and ability of each individual and the school environment.
The school environment is the location of the school including students
and infrastructure have a major impact on student achievement. From the
statement it is clear that one of them is the provision of
infrastructures media in teaching and learning will affect student
achievement.
Procurement media in a very influential at the school on student
achievement, because the media is very helpful in the learning process.
The media are now starting at galakan schools each media that IT-based,
like-internet, the use of LCDs as the learning, the use of e-books,
computers, laptops and others. Keep the media in the learning process is
certainly not just for schools located in urban areas to which access
is easier, but the schools are in remote areas also need to be even more
difficult to access. It is in anticipation of the inequality of
education in remote areas with education in big cities. Procurement of
IT-based learning media, which in this case greatly affect student
achievement need to be held in each school the school, not only in the
city schools but schools are located sekolat remotest effort to
eliminate unnecessary as GEP (distance) between students who city
school with a student whose school in the village. In addition the
IT-based learning in all schools, will minimize the inequality of
education in remote areas and in the city.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pendidikan formal baik di kota-kota besar maupun di daerah-daerah
terpencil, seharusnya mempunyai kualitas yang sama, karena tujuan dari
pendidikan baik di sekolah-sekolah yang letaknya di daerah – daerah
terpencil ataupun di kota sekalipun sama, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Jadi merupakan suatu permasalahan yang besar saat pendidikan di
kota lebih maju di banding pendidikan (sekolah) yang di daerah
terpencil. Pendidikan yang mempunyai tujuan untuk mencerdaskan bangsa,
tentulah harus di ciptakan terlepas dari permasalahan-permasalahan yang
ada. Hal yang sering menjadi kendala besar dalam permasalahan kemerataan
pendidikan ini adalah seperti adanya gep (jarak) antara pendidikan di
kota dan pendidikan di desa (daerah terpencil) baik dari hal kualitas,
mutu luaran pendidikannya, proses pembelajaran ataupun sarana prasarana.
Permasalahan yang sederhana akan menjadi sangat kompleks saat di
telusuri lebih dalam untuk di temukan solusinya, seperti hal nya
permasalahan yang di paparkan diatas, permasalahan ketidakmerataan
pendidikan anatara sekolah di kota-kota besar dan di daerah terpencil
kemudian menimbulkan permasalahan lainnya seperti sarana dan prasarana
yang memang tidak di pungkiri, antara sekolah di daerah terpencil dan di
kota-kota besar berbeda, selain itu proses pembelajaran pun
mempengaruhi adanya ketidakmerataan pendidikan di daerah terpencil.
Pada dasarnya setiap sekolah tentu punya cara tersendiri untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di sekolahnya, begitupun pemerintah.
Pemerintah ikut andil besar dalam kualitas pendidikan, oleh karena itu
baik antara pemerintah dan sekolah harus ada kerja sama yang sinergis
untuk menciptakan pendidikan yang berkualitas, dan menghilangkan gep
antara sekolah yang berada di daerah terpencil dengan sekolah yang
berada di daerah perkotaan. Adanya marginalitas atau ketidakmerataan
pendidikan antara sekolah yang berada di daerah terpencil dan sekolah di
perkotaan ini tentunya harus di hilangkan.
Permasalahan marginalitas ini dapat terlihat misalnya saja pada
siswanya, siswa yang sekolah di kota-kota besar, terlihat berbeda dengan
siswa yang sekolah di desa. Pengetahuan siswa yang sekolah di kota
biasanya lebih update (mengikuti perkembangan zaman) di bandingkan
dengan siswa yang sekolahnya di desa. Pengetahuan akan teknologi
misalnya, di sekolah – sekolah kota siswa sudah di perkenalkan tentang
teknologi dari mulai yang sederhana sampai yang tercanggih sekalipun.
Proses pembelajaran sudah menggunakan teknologi misalnya dengan power
point (LCD), internet, dan lain-lain. Sementara untuk sekolah di daerah –
daerah terpencil, proses pembelajaran yang berlangsung masih sangat
minim sekali jikan harus menggunakan media baik itu internet atau pun
LCD.
Program pemerintah yang saat ini mulai memperhatikan dunia pendidikan
melalui program kerjanya seperti misalnya menambah anggaran pendidikan,
memberikan sarana dan prasarana sehingga pendidikan dapat merata baik
bagi sekolah kota maupun sekolah desa, peningkatan mutu pengajarnya dan
lain-lain. Diharapkan mampu menghilangkan gep antara pendidikan kota dan
desa. Melalui program tersebut pengadaan media pembelajaran yang lebih
modern yang berbasis teknologi sangat penting sekali unuk menghilangkan
perbedaan pengetahuan antara siswa yang sekolah di sekolahan terpencil
dengan yang sekolah di perkotaan.
RUMUSAN MASALAH
Permasalahan adanya ketidakmerataan pendidikan yang dapat terlihat
dari kualitas siswa/ mutu luaran sekolah yang dihasilkan antara siswa
yang sekolah di kota dengan siswa yang sekolah di daerah yang jauh dari
perkotaan menjadi pokok utama permasalahan. Ketidakmerataan pendidikan
yang dimisalkan dengan pengadaan media atau sarana belajar yang canggih
yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran yang memang perlu di adakan
tidak hanya di sekolah kota, menjadi topik utama pembahasan. Proses
pembelajaran berbasis IT yang harus di terapkan di setiap sekolat tidak
hanya di sekolah kota yang aksesnya lebih mudah dan sarana prasarananya
lebih lengkap, tetapi juga di daerah terpencil. Hal ini diharapkan mampu
meminimalisir adanya perbedaan kualitas atau ilmu pengetahuan siswa
yang sekolah di kota dengan siswa yang sekolah di desa.
TUJUAN
Pengkajian akan permasalahan penerapan media berbasis IT di sekolah
terpencil ini bertujuan untuk meminimalisir adanya perbedaan kemampuan
dan ilmu pengetahuan yang di peroleh peserta didik baik yang sekolah di
kota maupun sekolah desa. Dan menghilangkan imej adanya pilih kasih atau
ketidakmerataan pendidikan antara sekolah yang di perkotaan dengan
sekolah di daerah terpencil.
KAJIAN TEORITIS
- Pengertian Belajar
Menurut Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1987),
yang dikutip oleh M. Ngalim Purwanto (1986 :85) belajar adalah setiap
perubahan yang relatif menetap dan tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Sedangkan menurut Witherington
dalam buku Educational Psychologi mengemukakan “belajar
adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap,
kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.
Menurut Muhibin Syah (1995 : 94) Perubahan dan kemampuan untuk
merubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar.
Karena kemampuan barunahlah, manusia terbebas dari kemandegan fungsinya
sebagai khalifah di bumi. Selain itu, dengan kemampuan berubah melalui
belajar itu, manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan
menetapkan keputusan – keputusan penting untuk kehidupannya. Dalam buku
strategi belajar terpadu ( Israni Hardini :2011) belajar pada dasarnya
berbicara tentang tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat
pengalaman yang berasal dari lingkungan.
Dari beberapa definisi belajar diatas dapat disimpulkan bahwa be;ajar
merupakan suatu proses berfikir, perubahan baik sikap, tingkah laku
yang dapat membentuk suatu pengetahuan, kebiasaan kepandaian ataupun
akan memmbentuk suatu pengalaman. Belajar sangatlah penting, setiap
manusia perlu dan harus belajar karena manusia sebagai khalifah dimuka
bumi mempunyai kewajiban untuk dapat mengembangkan, mengolah, membangun
dan mengeksplorasi dunia ini. Tanpa belajar semua itu mustahil , manusia
tidak akan memiliki dan tidak dapat melakukan apapun tanpa belajar.
Adapun tahapan – tahapan dalam proses belajar menurut Jerome S.
Bruner, yang dikutip oleh Muhibin syah (1995:112) proses pembelajaran
siswa meliputi tiga fase diantaranya :
- Fase informasi (tahap penerimaan materi)
- Fase Transformasi ( tahap pengubahan materi)
- Fase Evaluasi (tahap penilaian materi)
Fase informasi, diantara informasi yang diperoleh ada yang
sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah,
memperluas dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Fase transformasi, informasi yang telah diperoleh
dianalisis, diubah dan di transformasikan menjadi bentuk yang abstrak
atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi
hal-hal yang lebih luas
Fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai
sejauh manakah pengetahuan (informasi yang telah ditransformasikan tadi)
dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan
masalah yang dihadapi.
Selain dari yang telah di jelaskan diatas mengenai definisi belajar,
proses belajar dan tahapan – tahapan belajar, ada beberapa hal yang
mempengaruhi belajar menurut Muhibbin Syah (1995 : 132) secara global,
faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat di bedakan nmenjadi tiga
macam, yaitu :
- Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa)
- Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
- Faktor pendekatan belajar
Faktor internal (faktor dalam diri siswa) merupakan keadaan /
kondisi jasmani dan rohani siswa. Pada faktor internal ini di bagi lagi
kedalam dua aspek yaitu psikologis dan aspek fisiologis. Aspek
psikologis merupakan aspek yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan pembelajaran siswa yang meliputi intelegensi, sikap
siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa. Sedangkan aspek
fisiologis yaitu aspek yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran.
Faktor Eksternal siswa, pada faktor eksternal siswa meliputi
dua macam yaitu faktor dari lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial yang keduanya sama – sama mempunyai pengaruh yang besar terhadap
diri siswa.
Faktor pendekatan belajar, pada pendekatan belajar ini
meliputi strategi, metode dan segala hal yang berhuibungan dengan proses
pembelajaran. Pendekatan belajar ini merupakan suatu cara atau strategi
yang di gunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisisensi proses
pembelajaran tertentu.
Dari beberapa pengertian belajar diatas menurut Ngalim Purwanto dalam
bukunya “Psikologi Pendidikan” salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi prestasi , motivasi dan hasil belajar siswa adalah media
atau sarana prasarana yang mendukung dan membantu memudahkan proses
pembelajaran.
- Media Pembelajaran
Apakah Media pembelajaran itu ? dan seeberapa penting media
pembelajaran berperan dalam proses belajar mengajar?. pembelajaran
memanfaatkan lingkungan sebagai alat/ media pembelajaran dalam proses belajar mengajar maka
peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang
didapatkan, sehingga besar kemunkinan dengan memperhatikan alat/ media pengajaran itu tujuan pembelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien.
Variasi dalam pembelajaran dengan menjadikan lingkungan sebagai media
belajar menyenangakan akan mendukung pelajaran yang tidak membosankan
bahkan menjadikan belajar semakin efektif.
Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainayatujuan pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, lingkungan, metode/teknik sertamedia pembelajaran.
Pada kenyataannnya, apa yang terjadi dalam pembelajaran seringkali
terjadi proses pengajaran berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak
waktu, tenaga dan biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar
tidak dapat tercapai bahkan terjadi noises dalam komunikasi antara
pengajar dan pelajar. Hal tersebut diatas masih sering dijumpai pada
proses pembelajaran selama ini.
Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media pembelajaran. Dengan tersedianyamedia pembelajaran, guru pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukanmetode pengajaran yang
akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang
emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan alat/media
pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru membawa dunia luar ke
dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (remote)
sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila
alat/media pembelajaran ini dapat di fungsikan secara tepat dan
proforsional, makaproses pembelajaran akan dapat berjalan efektif.
- Pembelajaran Berbasis IT
Pengertian IT
Informasi diartikan sebagai hasil pengolahan data
yang digunakan untuk suatu keperluan, sehingga penerimanya akan mendapat
rangsangan untuk melakukan tindakan.Technologi adalah hasil rekayasa manusia yang berupa seperangkat alat yang membantu manusia dalam bekerja.
Jadi IT ( Information Technologi ) dapat
diartikan seperangkat alat yang membantu dalam bekerja dengan informasi
dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informal
dan proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima pun
akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya.
Jadi dapat disimpulkkan bahwa teknologi informasi adalah gabungan antara
teknologi komputer dengan teknologi komunikasi. IT ( Information
Technologi ) berhubungan dengan pengolahan data menjadi informasi dan
proses penyaluran data/ informasi tersebut dalam batas–batas ruang dan
waktu. Teknologi informasi merupakan pengembangan dari teknologi
komputer dipadukan dengan teknologi telekomunikasi.
Pembelajaran berbasis IT
Pembelajaran berbasis IT merupakan
pembelajaran yang memadukan antara suatu proses pembelajaran dengan
penggunaan media pembelajaran. Media terdebut bersifat teknologi, baik
itu berupa iternet, penggunaan video, LCD (infokus) dan lain-lain. Suatu
proses pembelajaran berbasis IT sangat memungkinkan siswa untuk bisa
bereksplorasi, berkreatifitas , menyesuaikan diri dengan perkembangan
zaman, dan tentunya menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Pentingnya suatu media dalam pembelajaran menegaskan pula bahwa peran
pembelajaran berbasis IT pun sangat penting. Saat ini di setiap
sekolah – sekolah hampir secara keseluruhan telah mengenalkan
pembelajaran berbasis IT di sekolah-sekolahnya.
- Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif;
- Mampu menimbulkan rasa senang selama pembelajaran berlangsung, sehingga akan menambah motivasi belajar siswa;
- Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mengukung sehingga tercapai tujuan pembelajaran;
- Mampu memvisualisasikan materi yang abstrak;
- Media penyimpanan yang relatif gampang dan fleksibel;
- Membawa obyek yang sukat didapat atau berbahaya ke dalam lingkungan belajar;
- Menampilkan objek yang terlalu besar ke dalam kelas; dan
- Menampilkan objek yang tidak dapat dilihat secara langsung.
- Pengaruh pembelajaran berbasis IT terhadap Prestasi siswa
Pembelajaran berbasis IT yang saat ini banyak di gunakan di
sekolah-sekolah terutama di kota memiliki pengaruh yang sangat besar
sekali terhadap prestasi siswa. Proses belajar mengajar yang menggunakan
media pembelajaran akan dapat mempermudah proses belajar mengajar,
selain itu hal tersebut membuat proses belajar mengajar menjadi lebih
evektif dan efisien. Penggunaan media terutama media yang berbasis IT
selain dapat membantu siswa dalam pembelajaran juga menambah ilmu
pengetahuan kepada siswanya tentang bagaimana menggunakan teknologi
dalam pembelajaran. Hal tersebut membuat siswa dapat mengikuti
perkembangan zaman.
PERBEDAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH KOTA DAN SEKOLAH TERPENCIL (DESA)
Dalam undang – undang tentang pendidikan nasional disebutkan bahwa
bahwa pendidikan nasional difungsikan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yang meliputi
beriman dan bertaqwa kepada kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Tinjauan teoretis tersebut tentu
harus dihadapkan pada kenyataan kongkret. Dan kenyataan kongkret,
khususnya persaingan global,
tampaknya menurut berdirinya ”sekolah unggulan”. (Fakta tentang
ketertinggalan dan keterbelakangan di daerah-daerah pedalaman di
Indonesia tentu merupakan masalah tersendiri juga.) Menurut Prof. Dr.
Harsya Bachtiar (1995 : 29), sejak zaman Belanda pun ada pembedaan
antara sekolah yang mutu pendidikannya tinggi dan yang rendah. Pada
tahun 30-an anggaran pendidikan pemerintah Belanda untuk sekolah desa
adalah 5 gulden/siswa.Sementara untuk sekolah anak-anak Belanda 45
gulden/siswa. Guru – guru sekolah Belanda adalah lulusan perguruan
tinggi Belanda, sedangkan guru sekolah desa adalah lulusan sekolah guru
semacam SGB di tanah air. Tanpa adanya pembedaan semacam itu suatu
bangsa sulit mendapatkan orang-orang yang berkemampuan tinggi.
Selanjutnya Harsya (1995: 29) mengatakan bahwa di negara yang demokratis
seperti Amerika pun terdapat pembedaan, mutu pendidikan.”Sekolah untuk
keluarga Kennedy dan 400 keluarga elite yang terdaftar di Social
Register, berbeda dengan sekolah untuk masyarakat. Bahkan negara komunis
yang mengenal paham egaliter pun mempunyai program pendidikan yang
berbeda untuk kaum elite dan rakyat biasa.Universitas Moskow atau
leningrad misalnya, mempunyai perpustakaan hebat dan anggaran lebih
besar dari universitas lain.Di
Universitas Moskow dan Leningred itulah para tokoh soviet belajar. Kalau
pendidikan lebih dibuat merata tidak akan diperoleh bangsa yang unggul.
Kelebihan sekolah unggulan dilihat dari segi fasilitas yang memadai
seperti kelas ber-AC, laboratorium komputer, laboratorium biologi,
fisika dan kimia, laboratorium musik, kolam renang, lapangan tenis,
basket, voli dan badminton seperti yang dimiliki oleh sekolah sekolah
yang ebrada di kota –kota besar.
Berbeda dengan sekolah – sekolah yang berada di daerah – daerah
terpencil yang aksesnya mungkin tidak mudah sehingga menjadi alasan
untuk sekolah-sekolah yang terletak di daerah terpencil tidak memiliki
sarana prasarana yang lengkap, apalagi untuk menyediakan media
pembelajaran yang berbasis IT. Permasalahan tersebut sepertinya
memarjinalkan sekolah- sekolah yang berada di daerah-daerah terpencil.
Padahal baik sekolah kota ataupun desa semuanya tentu memiliki tujuan
yang sama. Peran pemerintah dalam hal ini sangat berpengaruh, dimana
dengan kebijakannya dan anggaran yang merata anatara sekolah di daerah
terpencil dengan di daerah kota , agar meskipun sekolah tersebut
terletak di daerah terpencil tetapi memiliki sarana prasarana yang sama
sehingga tidak terjadi perbedaan ilmu pengetahuan antara siswa yang
sekolahnya di kota dengan siswa yang sekolahnya di desa.
KESIMPULAN
Pada dasar nya jika kurikulum ini di terapkan,kualitas pendidikan di
indonesia akan mengalami kemajuan,contoh dari kualitas tenaga kerja
guru,sekolah,dan potensial siswa. Jika pemerataan ini dapat
terealisasikan dalam dunia pendidikan,banyak dampak yang akan di rasakan
dari berbagai bidang khususnya SDM,namun kita tidak boleh hanya
terfokus dalam pemerataan nya saja,kita harus mampu berfikir ke depan
bahwa dengan IT pendidikan indonesia akan lebih maju dan berkembang
sebab ketertinggalan teknologi informasi sudah semakin diatasi,terlepas
hal tersebut juga,dampak buruk nya mungkin dari TI akan di rasakan
peserta didik yang notaben sekolah nya masih tertinggal dan tidak
menunjang nya sarana.prasarana dan media nya yang ada pada sekolah nya
,selain itu juga ,ketidak mampuan tenaga ahli atau guru yang menerapkan
kurikulum ini karena kebanyakan guru tidakmemperdulikan potensial
peserta didik.
Pada sekolah yang letaknya di daerah terpencil dengan daerah kota,
selalu terdapat perbedaan baik itu dari sarana prasarana, cara mengajar
dan lain –lain. Hal tersebut mengakibatkan adanya asumsi bahwa sekolah
kota lebih diunggulkan di bandingkan sekolah yang di desa. Dari hal
tersebut pembelajaran IT yang saat ini sudah dapat dirasakan tidak hanya
di sekolah kota tetapi juga di sekolah desa, diharapkan akan mampu
membantu meminimalisir kesenjangan antara siswa yang berasal dari
sekolah kota dan dari sekolah desa. Dengan kata lain, baik dari sekolah
kota maupun sekolah desa siswa sama-sama memiliki kemampuan dan keahlian
dalam hal teknologi, dan apa yang ia ketahui / informasi yang ia
dapatkan dari sekolah tidak terhambat oleh media.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto Ngalim. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya.
Hardini, Israni & Dewi Puspitasari. 2011. Strategi Pembelajaran Terpadu.Yogyakarta: Familia.
Syah, Muhbbin. 1995. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Praktek.Jakarta : PT. Rineka Cipta
Setijadi. 1986. Definisi Teknologi Pendidikan (Satuan Tugas Definisi dan Terminologi AECT). Jakarta: Rajawali.
Post a Comment