Ideham Chalid – Undas nang tahan pidakan

Ideham Chalid – Undas nang tahan pidakan


Ideham Chalid Urang Banjar yang disegani Bung Karno
Dalam kunjungannya di Amuntai tanggal 27 Januari 1953, Bung Karno membuat sejarah dengan menyampaikan pidato yang fenomenal dan kontroversial. Menjelang berpidato, Bung Karno disambut sebuah spanduk besar berisi pertanyaan: “Minta penjelasan: Negara Nasional atau Negara Islam?” Bung Karno yang berpaham nasionalis merespon pertanyaan tersebut: “Jika kita mendirikan negara berdasarkan Islam, banyak daerah yang penduduknya bukan Islam akan memisahkan diri”. Apalagi saat itu sedang ada program politik nasional untuk merebut Irian Barat yang tak kunjung diserahkan oleh Belanda
Reaksi keras muncul setelah isi pidato diberitakan oleh Kantor Berita Antara ke seluruh tanah air dan internasional. Di Jakarta massa Masyumi berdemonstrasi di Lapangan Banteng. Sikap yang sama juga diambil oleh NU dan GPII. Ketua HMI menyurati Soekarno minta penjelasan.
Penolakan Bung Karno terhadap status negara Islam bagi rakyat Amuntai kelihatannya tidak direspon dengan keras. Artinya rakyat Amuntai menghormati presidennya dan mungkin juga karena seorang Ideham Chalid yang berdarah Amuntai yang dikenal moderat dan dekat dengan Bung Karno.
K.H. Ideham Chalid adalah tokoh banua yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional. Pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri, Ketua Umum PBNU, Ketua MPR/DPR RI.
Ketika disodori jabatan untuk menggantikan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Wakil Presiden, Ideham menolaknya sehingga pilihan jatuh kepada Adam Malik. Pada tahun 1983, Ideham juga menolak ditawari menjadi menjadi Ketua Umum MUI. Penolakan juga dilakukan Ideham saat hendak dianugerahi Ramon Magsasay Award oleh pemerintah Filipina, alasannya Presiden Ferdinan Marcos kala itu tidak demokratis dan menekan kaum muslimin Moro.

Ideham mendebat Bung Karno
Hasil pemilu 1955 menempatkan PKI masuk 4 besar suara terbanyak.
Melihat hasil pemilu ini Bung Karno ingin mengakomodasi PKI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bung Karno meyakinkan perlunya hidup gotong royong. “Allemal aan de werktafel en allemal an de eattared” (semua anggota keluarga telah bekerja, jadi makannya harus satu meja bersama). Menurut Bung Karno berbagai elemen bangsa telah berjuang mengusir penjajah, mempertahankan kemerdekaan, dan baru saja melaksanakan Pemilu pertama 1955, jadi hasilnya harus pula dinikmati bersama, jangan ada yang disingkirkan.
Bung Karno menekankan, dari Pemilu 1955 terlihat ada 6 juta orang yang memilih PKI. “Kau Ideham kalau ingat yang sedih-sedih itu pemberontakan PKI Madiun yang mengorbankan banyak ulama, bagaimana mau hidup berbangsa dan bernegara”.
Ideham menjawab: “itulah Pak, saya ini membawa aspirasi ulama dan umat Islam. PKI itu tidak akan mau berbagi empat kekuasaan (saat itu PNI, Masyumi dan NU) mereka mau semuanya. Kalau ditaruh di kaki mereka akan naik ke atas, diberi daging mau hati. Itu pengalaman di banyak negara Komunis yang sebelumnya nasionalis”.
Bung Karno menimpali: “Ideham, di Indonesia lain. Saya akan hadapi mereka kalau macam-macam”.
Ideham bilang lagi: “Lebih baik PKI tak usah diberi angin saja Pak”.
Keberanian urang Banjar sebagai ‘undas nang tahan pidakan’ ini tercatat dalam sejarah bangsa. Ideham Chalid tokoh banua yang di anugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Urang Banjar yang juga pejuang kemerdekaan dan alim ulama ini ibarat “undas nang tahan pidakan” (jagoan yang tangguh tahan aduan/segala tantangan)
Buku DR. K.H. IDEHAM CHALID ULAMA POLITISI BANJAR DI KANCAH NASIONAL. Terbitan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Kalimantan Selatan tahun 2015. Disusun oleh Bapak Ahmad Barjie B.
ideham chalid

Kada Ulun Biarakan Budaya Banjar Hilang di Dunia

Post a Comment

[disqus]

MKRdezign

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget