Rendahnya mutu pendidikan indonesia telah banyak disadari oleh berbagai
pihak. Terutama oleh para pemerhati pendidikan di Indonesia. Termasuk
masalah kinerja guru. Dikarenakan sebuah pembelajaran sangat
ditentukan oleh keberhasilan strategi guru di kelas. Tenaga pengajar
yang professional akan mampu mengukur sejauh mana perkembangan murid
yang dibimbingnya dan menentukan strategi apa yang tepat untuk
diterapkan pada proses belajar murid. Dalam pandangan psikologi belajar,
keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh tenaga
pengajarnya. Hal ini disebabkan tenaga pengajar selain sebagai orang
yang berperan dalam proses transformasi pengetahuan dan keterampilan, ia
juga memandu segenap proses pembelajaran. Ditangannnyalah sebuah
peristiwa belajar dapat berlangsung. Padanya pula pembelajaran
diarahkan kemana akan dibawa.
Berikut ini akan kami ulas penyakit-penyakit yang rentan sekali diderita guru sehingga hasil yang dicapai dalam suatu pembelajaran kurang optimal. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
Berikut ini akan kami ulas penyakit-penyakit yang rentan sekali diderita guru sehingga hasil yang dicapai dalam suatu pembelajaran kurang optimal. Penyakit-penyakit tersebut adalah:
1. Mual ( Mutu Amat Lemah)
Dunia pendidikan kita memang sedang menghadapi masalah besar dengan kompetensi para gurunya, fakta menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar macam mengenal dan menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran. Para guru masih melihat bidang studinya masih berupa wacana dan belum menjadi pengetahuan, sehingga metode yang digunakan guru sejak dulu sampai sekarang tetap sama, yaitu bertumpu pada 3M, Mencatat, Menerangkan dan Menulis, tidak pernah praktek. Akibatnya ketika peserta didik menghadapi suatu permasalahan yang tidak sama dengan apa yang ada di buku catatannya, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah tersebut.
Dunia pendidikan kita memang sedang menghadapi masalah besar dengan kompetensi para gurunya, fakta menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar macam mengenal dan menggunakan internet sebagai sumber pembelajaran. Para guru masih melihat bidang studinya masih berupa wacana dan belum menjadi pengetahuan, sehingga metode yang digunakan guru sejak dulu sampai sekarang tetap sama, yaitu bertumpu pada 3M, Mencatat, Menerangkan dan Menulis, tidak pernah praktek. Akibatnya ketika peserta didik menghadapi suatu permasalahan yang tidak sama dengan apa yang ada di buku catatannya, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah tersebut.
2. Tipus (Tidak Punya Selera).
Guru yang professional akan selalu berusaha selalu memotivasi dirinya untuk mencapai target prestasi yang telah ditentukan. Ia akan memotivasi dirinya terlebih dahulu sebelum memotivasi siswanya, dikarenakan guru adalah pemimpin belajar dikelasnya, jika guru malas mengajar karena berbagai alasan, maka siswa pun juga akan malas belajar karena meniru gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa membuat kelasnya menjadi taman hiburan bagi siswanya.
Guru yang professional akan selalu berusaha selalu memotivasi dirinya untuk mencapai target prestasi yang telah ditentukan. Ia akan memotivasi dirinya terlebih dahulu sebelum memotivasi siswanya, dikarenakan guru adalah pemimpin belajar dikelasnya, jika guru malas mengajar karena berbagai alasan, maka siswa pun juga akan malas belajar karena meniru gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus bisa membuat kelasnya menjadi taman hiburan bagi siswanya.
3. Kudis (Kurang Disiplin).
Setiap manusia pasti mempunyai kebiasaan, tidak terkecuali seorang guru, dan terkadang tidak disadari oleh guru bahwa sebagian dari kebiasaan-kebiasaannya diperhatikan oleh siswanya dan tidak sedikit pula yang ditirunya, termasuk kebiasaan buruk guru, semisal guru yang selalu terlambat datang lama kelamaan pasti kebiasaan tersebut akan ditiru siswanya. Oleh karena itu, guru harus bisa menjaga posisinya sebagai ''guru'' yang selalu digugu dan ditiru oleh siswanya.
Setiap manusia pasti mempunyai kebiasaan, tidak terkecuali seorang guru, dan terkadang tidak disadari oleh guru bahwa sebagian dari kebiasaan-kebiasaannya diperhatikan oleh siswanya dan tidak sedikit pula yang ditirunya, termasuk kebiasaan buruk guru, semisal guru yang selalu terlambat datang lama kelamaan pasti kebiasaan tersebut akan ditiru siswanya. Oleh karena itu, guru harus bisa menjaga posisinya sebagai ''guru'' yang selalu digugu dan ditiru oleh siswanya.
4. Asma ( Asal Masuk Kelas )
Guru yang baik akan sedapat mungkin berusaha agar pengajarannya bisa berhasil, dan salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan tersebut adalah dengan membuat perencanaan pembelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Akan tetapi kebanyakan guru masih terkesan mengandalkan strategi dan berbagai metode tertentu dalam mengajar. Baginya yang penting proses pembelajaran bisa berlangsung. Ia tidak perlu membuat perencanaan mengajar, pengembangan tujuan dan juga tidak mempunyai target dalam suatu pembelajaran. Perlu dicermati, Seorang guru yang memasuki kelas tanpa kesiapan, maka ia harus siap keluar kelas tanpa kehormatan dan kewibawan. Hal ini adalah wajar, karena peserta didik dapat menilai dan melihat langsung para gurunya yang siap mengajar atau tidak.
Guru yang baik akan sedapat mungkin berusaha agar pengajarannya bisa berhasil, dan salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan tersebut adalah dengan membuat perencanaan pembelajaran sebelum kegiatan belajar mengajar berlangsung. Akan tetapi kebanyakan guru masih terkesan mengandalkan strategi dan berbagai metode tertentu dalam mengajar. Baginya yang penting proses pembelajaran bisa berlangsung. Ia tidak perlu membuat perencanaan mengajar, pengembangan tujuan dan juga tidak mempunyai target dalam suatu pembelajaran. Perlu dicermati, Seorang guru yang memasuki kelas tanpa kesiapan, maka ia harus siap keluar kelas tanpa kehormatan dan kewibawan. Hal ini adalah wajar, karena peserta didik dapat menilai dan melihat langsung para gurunya yang siap mengajar atau tidak.
5. TBC ( Tidak Bisa Computer )
Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan kita adalah sebuah keniscayaan. Kalau tidak berubah berarti kita akan tertinggal kalau sekolah kita tidak mengajarkan pemanfaatkan computer sebagai alat belajar dan internet sebagai sumber belajar, maka sekolah kita akan tertinggal jauh. Kita hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak kompatibel dengan dunia kebutuhan modern, untuk menghasilkan siswa-siswa yang siap berkompetisi, maka mereka harus didik oleh guru yang memiliki kompetisi yang memadai dengan kebutuhan masa depan tersebut. Masalahnya apakah guru-guru kita mampu diajak berlari mengejar perkembangan zaman jika mereka tidak pernah, lebih parahnya lagi tidak mau dilatih dan dibimbing tentang teknologi?
Perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan kita adalah sebuah keniscayaan. Kalau tidak berubah berarti kita akan tertinggal kalau sekolah kita tidak mengajarkan pemanfaatkan computer sebagai alat belajar dan internet sebagai sumber belajar, maka sekolah kita akan tertinggal jauh. Kita hanya akan menghasilkan lulusan yang tidak kompatibel dengan dunia kebutuhan modern, untuk menghasilkan siswa-siswa yang siap berkompetisi, maka mereka harus didik oleh guru yang memiliki kompetisi yang memadai dengan kebutuhan masa depan tersebut. Masalahnya apakah guru-guru kita mampu diajak berlari mengejar perkembangan zaman jika mereka tidak pernah, lebih parahnya lagi tidak mau dilatih dan dibimbing tentang teknologi?
6. Kusta ( Kurang Strategi )
Keberhasilan seorang pendidik dalam memimpin proses pembelajaran dikelasnya tidak lepas karena kepandaian guru tersebut didalam menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang dikuasainya, akan tetapi kebanyakan guru masih memonopoli kegiatan belajar siswanya, Semisal guru yang mengajar menggunakan metode ceramah, siswa akan asyik mendengarkan ceramah guru dan guru asik dengan ceramahnya. Selain itu guru dalam mengajarnya sering kali masih menggunakan metode CBSA ( Catat Buku Sampek Amoh ). Yang mana penyakit guru ini dapat membunuh kemandirian siswa dalam belajar, informasi tidak berkembang, hanya terbatas dari catatan yang diperoleh dari gurunya.
Keberhasilan seorang pendidik dalam memimpin proses pembelajaran dikelasnya tidak lepas karena kepandaian guru tersebut didalam menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang dikuasainya, akan tetapi kebanyakan guru masih memonopoli kegiatan belajar siswanya, Semisal guru yang mengajar menggunakan metode ceramah, siswa akan asyik mendengarkan ceramah guru dan guru asik dengan ceramahnya. Selain itu guru dalam mengajarnya sering kali masih menggunakan metode CBSA ( Catat Buku Sampek Amoh ). Yang mana penyakit guru ini dapat membunuh kemandirian siswa dalam belajar, informasi tidak berkembang, hanya terbatas dari catatan yang diperoleh dari gurunya.
7. Kram ( Kurang Terampil )
Seorang guru yang cerdas pasti mempunyai sejumlah keterampilan dalam proses menga-jarnya. Keterampilan tersebut bukan saja hanya untuk tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk menumbuhkan semangat belajar siswanya. Guru yang terampil dalam mengajar kehadirannya di kelas akan selalu dirindukan siswanya. Akan tetapi dibawah kepemimpinan guru yang tidak mempunyai keterampilan siswa akan mudah jenuh yang berbuntut siswa akan meluapkan kejenuhannya dengan membuat ulah, seperti mengganggu temannya yang lain yang akhirnya terjadi pertengkaran antar siswa.
Seorang guru yang cerdas pasti mempunyai sejumlah keterampilan dalam proses menga-jarnya. Keterampilan tersebut bukan saja hanya untuk tujuan pembelajaran, tetapi lebih jauh dari itu adalah untuk menumbuhkan semangat belajar siswanya. Guru yang terampil dalam mengajar kehadirannya di kelas akan selalu dirindukan siswanya. Akan tetapi dibawah kepemimpinan guru yang tidak mempunyai keterampilan siswa akan mudah jenuh yang berbuntut siswa akan meluapkan kejenuhannya dengan membuat ulah, seperti mengganggu temannya yang lain yang akhirnya terjadi pertengkaran antar siswa.
8. Asam Urat ( Asal Masuk Materi Kurang Akurat )
Seorang guru yang professional dituntut agar pandai-pandai memilih dan menerapkan metode pengajarannya. Terkadang seorang guru yang terlalu asyik dengan metodenya akan lupa dengan pokok pembahasan yang diajarkannya. Hal semacam ini sebenarnya tidak perlu dilakukan guru karena hanya akan membuang waktu saja.
Seorang guru yang professional dituntut agar pandai-pandai memilih dan menerapkan metode pengajarannya. Terkadang seorang guru yang terlalu asyik dengan metodenya akan lupa dengan pokok pembahasan yang diajarkannya. Hal semacam ini sebenarnya tidak perlu dilakukan guru karena hanya akan membuang waktu saja.
9. Lesu ( Lemah Sumber )
Seorang guru yang sukses harus mempunyai dua kelebihan, yaitu Vertikal dan Horizontal. Adapun penyebab dari penyakit ini adalah guru malas untuk menggali sumber-sumber yang dapat menambah wawasan dan pengetahuannya, sepeti membaca buku atau mencari informasi lewat internet. Guru yang seperti ini lambat laun pikirannya akan mati seiring berbagai permasalahan yang muncul. Sehingga guru tidak tahu lebih luas dari apa yang ada dibuku diktat, yang pada akhirnya guru akan memiliki tingkat yang sama dengan siswanya.
Seorang guru yang sukses harus mempunyai dua kelebihan, yaitu Vertikal dan Horizontal. Adapun penyebab dari penyakit ini adalah guru malas untuk menggali sumber-sumber yang dapat menambah wawasan dan pengetahuannya, sepeti membaca buku atau mencari informasi lewat internet. Guru yang seperti ini lambat laun pikirannya akan mati seiring berbagai permasalahan yang muncul. Sehingga guru tidak tahu lebih luas dari apa yang ada dibuku diktat, yang pada akhirnya guru akan memiliki tingkat yang sama dengan siswanya.
10. Ginjal ( Gajinya Nihil, Jarang Aktif dan Lambat)
Problem pendidikan yang terkait dengan guru pada dasarnya mengarah pada 2 simpul, yaitu kualitas guru dan kesejahteraan guru. Dan penyakit ginjal ini lebih banyak bersimpul karena kesejahteran guru. Bagi yang ada diperkotaan besar mungkin hal tersebut tidak berpengaruh, karena mayoritas guru secara ekonomi telah tercukupi. Akan tetapi di daerah desa atau daerah terpencil hal tersebut akan sangat terasa, bagaimana mungkin guru dapat memenuhi tuntutan kerja secara professional kalau kesejahteraan yang diterima masih jauh dari kebutuhan. Jika sekolah menginginkan supaya guru bekerja dengan sungguh-sungguh, maka konsekuensinya sekolah terlebih dulu harus memenuhi kebutuhan guru. Masalahnya, apakah setelah kesejahteraan guru dicukupi lantas guru benar-benar meningkatkan kualitasnya?
Problem pendidikan yang terkait dengan guru pada dasarnya mengarah pada 2 simpul, yaitu kualitas guru dan kesejahteraan guru. Dan penyakit ginjal ini lebih banyak bersimpul karena kesejahteran guru. Bagi yang ada diperkotaan besar mungkin hal tersebut tidak berpengaruh, karena mayoritas guru secara ekonomi telah tercukupi. Akan tetapi di daerah desa atau daerah terpencil hal tersebut akan sangat terasa, bagaimana mungkin guru dapat memenuhi tuntutan kerja secara professional kalau kesejahteraan yang diterima masih jauh dari kebutuhan. Jika sekolah menginginkan supaya guru bekerja dengan sungguh-sungguh, maka konsekuensinya sekolah terlebih dulu harus memenuhi kebutuhan guru. Masalahnya, apakah setelah kesejahteraan guru dicukupi lantas guru benar-benar meningkatkan kualitasnya?
11. Diare ( Dikelas Murid-Murid Diremehkan)
Guru adalah orang tua kedua setelah orang tuanya sendiri. Sebagai orang tua kedua guru harus menunjukkan rasa perhatian, kasih sayang dan kecintaan kepada siswanya, sehingga guru ketika membimbing siswa yang sulit tidak mudah putus asa. Selain itu, kehadiran guru akan dinantikan oleh siswanya karena guru telah dianggap sebagai teman belajar. Dengan demikian sesulit apapun pelajaran yang diajarkan guru akan di rasa mudah. Karena kecintaan siswa kepada guru menular kepada pelajarannya.
Guru adalah orang tua kedua setelah orang tuanya sendiri. Sebagai orang tua kedua guru harus menunjukkan rasa perhatian, kasih sayang dan kecintaan kepada siswanya, sehingga guru ketika membimbing siswa yang sulit tidak mudah putus asa. Selain itu, kehadiran guru akan dinantikan oleh siswanya karena guru telah dianggap sebagai teman belajar. Dengan demikian sesulit apapun pelajaran yang diajarkan guru akan di rasa mudah. Karena kecintaan siswa kepada guru menular kepada pelajarannya.
Solusi Kesehatan Guru
Ada sebuah pepatah yang mengatakan “ Setiap penyakit pasti ada
obatnya”, termasuk juga penyakit-penyakit guru tersebut. akan tetapi ada
pepatah lain yang mengatakan: “Mencegah lebih baik dari pada
mengobati”. Pepatah yang kedua inilah yang seharusnya diingat-ingat oleh
guru agar dapat terhindar dari penyakit-penyakit guru tersebut. Adapun
resep-resep lainnya untuk menjaga kesehatan guru antara lain:
Guru harus selalu mempunyai semangat yang terkontrol
Guru harus selalu mempunyai ilmu yang terus berkembang.
Guru harus selalu mempunyai rencana yang rapi
Guru harus selalu mempunyai variasi kecerdasan
Guru harus menjadi pemimpin yang bijaksana
Guru harus dapat menjaga amanah
Guru harus selalu mempunyai ilmu yang terus berkembang.
Guru harus selalu mempunyai rencana yang rapi
Guru harus selalu mempunyai variasi kecerdasan
Guru harus menjadi pemimpin yang bijaksana
Guru harus dapat menjaga amanah
Post a Comment